Jumat, 22 April 2011

UPACARA TEDAK SITEN

Bagi pasangan suami-istri, kelahiran anak baik pria maupun wanita dalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Mulia. Semenjak kelahiran si anak setiap orang tua selalu mempunyai harapan agar anaknya kelak menjadi orang yang berguna bagi keluarga khususnya dan bagi nusa bangsa umumnya.tak seorang pun mempunyai pengharapan agar anaknya menjadi orang yang kurang berkenan di hati masyarakat.
Pengharapan orang tua terhadap anak-anaknya ini dimanifestasikan dalam bentuk upacara adat yang dimulai dari anak masih dalam kandungan sang ibu, sampai anak itu lahir. Salah satu bentuk manifestasi pengharapan itu adalah adanya upacara yang kita kenal dengan tedak siten atau turun tanah.
Bilamana si anak sudah berumur tujuh lapan yaitu 7 x 35 hari, biasanya diadakan upacara yang dinamakan tedak sinten atau turun tanah. Upacara memperkenalkan si anak untuk yang pertama kalinya pada tanah/ bumi. Diharapkan agar anak tersebut setelah dewasa nanti kuat atau mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan yang harus dihadapinya untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
Biasanya upacara tedak siten dilangsungkan pada pagi hari di halaman rumah tepat pada hari kelahirannya (misalnya anak tersebut lahir pada hari Selasa Kliwon, maka upacara tedak siten dilangsungkan pagi hari Selasa Kliwon). Perlengkapan-perlengkapan yang perlu disiapkan :
1. Sesaji selamatan yang terdiri dari :
·nasi tumpeng dengan sayur mayurnya,
·jenang (bubur) merah dan putih,
·jenang boro-boro,
·jajan pasar selengkap-lengkapnya.
2. Juwadah (uli) tujuh macam warna yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jambon (jingga), ungu
3. Sekar (bunga) setaman yang ditempatkan di dalam bokor besar dan tanah.
4. Tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati.
5. Sangkar ayam (kurungan ayam) yang dihiasi janur kuning atau kertas hias warna-warni.
6. Padi, kapas sekar telon (tiga macam bunga misalnya melati, mawar dan kenanga)
7. Beras kuning, berbagai lembaran uang.
8. Bermacam-macam barang berharga seperti gelang, kalung, peniti, dan lain-lain)
9. Barang yang bermanfaat (misalnya buku, alat-alat tulis dan sebagainya) yang dimasukkan ke dalam bokor kencana.
Jalannya Upacara :
1. Anak yang bersangkutan dibimbing berjalan (dititah) dengan kakinya menginjak-injak juwadah yang berjumlah tujuh warna seperti yang telah disebutkan di atas.
2. Setelah selesai kemudian anak tersebut dinaiki ke tangga yang terbuat dari tebu merah hati.
3. Selanjutnya anak itu dimasukkan ke dalam kurungan ayam. Di dalam kurungan ayam tersebut telah dimasukan bokor yang berisikan padi, gelang, cincin, alat- alat tulis, kapas dal lain sebagainya.
4. Bokor yang berisi macam-macam tadi didekatkan kepada anak itu, dengan maksud agar anak tersebut mengambil isi yang ada di dalam bokor itu.
5. Setelah anak itu mengambil salah satu benda dari dalam bokor misalnya gelang emas, pertanda anak tersebut kelak akan menjadi orang kaya. Apabila anak itu mengambil alat-alat tulis pertanda anak bahwa anak itu kelak akan menjadipegawai kantor dan atau orang pandai
6. Selanjutnya setelah selesai, beras kuning dan bermacam-macam uang logam ditaur-taburkan. Saling berebut uang oleh para undanga ini, merupakan tambahan acara yang menyemarakan suasana.
7. Setelah selesai, anak itu dimandikan dengan air bunga setaman agar anak itu sehat dan membawa nama harum bagi keluarga di kemudian hari.
8. Setelah selesai dimandikan, anak itu dikenakan pakaian baru yang bagus agar sedap dan menyenangkan orang tua dan para undangan.
9. Selanjutnya bila telah selesai memakaikan pakaian, anak itu didudukan di dalam rumah di atas tikar, karpet atau lampit dan didekatkan lagi pada bokor yang berisi beras kuning, uang , barang-barang berharga dengan maksud agar diambil lagi isinya.
10. Untuk menggairahkan anak agar mengambil barang yang ada di dalam bokor maka bapak ibu anak itu memberi aba-aba dengan suara kur-kur-kur seperti memanggil ayam disertai dengan ditaburi beras kuning dan bermacam-macam uang serta barang-barang yang berharga.
Demikianlah serangakaian upacar tradisional tedak siten yang banyak mengandung arti simbolis.
Makna perlengkapan yang dipakai :
1. Tangga “ debu” arti dalam bahasa Jawa anteping kalbu ketetapan hati dalam mengejar cita-cita gar lekas tercapai.
2. Juwadah tujuh macam warna agar anak dapat menganggulangi bermacam-macam kesulitan/kesukaran.
3. Kurungan ayam mengandung maksud agar anak tersebut kelak dapat masuk ke dalam masyarakat luas dengan baik den mematuhi segala peraturan dan adat istiadat setempat.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, dan memberikan kritik serta saran :